Kamis, 24 Oktober 2013

SYEKH JAMBU KARANG



Gunung Lawet/Ardi lawet terletak di Desa Panusupan kecamatan Rembang kabupaten Purbalingga.
A.Makam Wali Pangeran Syekh Jambukarang (Haji Purba/Haji Purwa)
Pangeran Syekh Jambukarang berasal dari jawa Barat. Beliau adalah putra mahkota Prabu Brawijaya Mahesa Tandreman, Raja Pajajaran I. Nama mudanya adalah R.Mundingwangi.
Sebenarnya beliau akan dinobatkan untuk menjadi pengganti ayahnya menjadi raja Pajajaran namun beliau lebih suka mengembara sehingga tahta kerajaan diserahkan pada adiknya bernama R.Mundingsari pada tahun 1190 M. R.Mundingwangi kemudian bertapa di Gunung Jambudipa yang terletak di kabupaten Banten Jawa Barat. Setelah menjadi pertapa beliau terkenal dengan nama Jambukarang dan tempat beliau bertapa dikelan dengan nama Gunung Karang.
Alkisah saat beliau betapa, beliau melihat tiga Nur/Cahaya putih dibelah timur dan sangat tinggi keberadaannya. Oleh karena itu beserta 160 pengikutnya beliau menemukan asal nur tersebut tepat di Gunung Panungkulan di Desa Grantung kecamatan Karangmoncol sehingga terkenal dengan nama Gunung Cahyana.
Dalam perjalanannya, beliau melalui :
Karawang atau Jatisari
Sungai Comal dan bertinggal agak lama disana dan sekarang ada petilasannya bernama petilasan Geseng
Gunung Cupu dan menelusuri saungai Kuripan
Gunung Kraton dan keselatan ke Gunung Lawet
Bojongsana dan keselatan menelusuri sungai Ideng,kedung Budah,kedung Manggis
Penyindangan (desa Rajawana sekarang)
Karang Arum (desa Makam sekarang dan keselatan sampilah di Gunung Panungkulan.
Tersebutlah seorang mubaligh Islam dari negeri Arab yang terkenal dengan sebutan Syekh Atas Angin. Sesudah sholat Subuh mendapat Ilham bahwa disebelah timur terdapat tiga buah cahaya putih menjulang tinggi diangkasa. Maka beliau dengan 200 pengikutnya pergi untuk mencari cahaya tersebut. Dalam perjalanannya beliau singgah di Gresik dan Pemalang kemudian ke Gunung Cahyana.Di Gunung Cahyana beliau bertemu dengan R.Mundingwangi atau Jambukarang yang sedang bertapa setelah menemukan cahaya yang sama-sama dicarinya.

Pangeran Atas Angin memberi salam namun Pangeran Jambukarang tidak menjawabnya sebab waktu itu PangeranJambukarang memeluk agama Hindu. Merasa terganggu dengan kehadiran Pangeran Atas Angin, Pangeran Jambukarang sangat marah dan terjadilah adu kesaktian kedua Pangeran tersebut. Pangeran Jambukarang dapat dikalahkan oleh Pangeran Atas Angin sehingga Pangeran Jambukarang tunduk pada Pangeran Atas Angin dan masuk Islam bergelar Syekh jambu Karang.
Beberapa persyaratan harus dipenuhi oleh Pangeran Jambukarang agar dapat diterima oleh Pangeran Atas Angin atara lain : Mandi Taubat, memotong rambut dan memotong kukunya (sekarang ada di petilasan Gunung Lawet)
Ketika Pangeran Jambukarang akan diberi Ilmu Kewalian, beliau meminta supaya bertempat di Gunung Kraton saja. Sampai saat ini masih ada petilasannya.

Pada saat ilmu Kewalian diajarkan atau diwejang(dalam bahasa Jawa), semua gunung disekitar gunung Kraton tunduk kecuali satu yang berada di sebelah timurnya sehingga sampai sekarang dikenal dengan sebutan gunung Bengkeng atau gunung Membangkang.
Sebagai ucapan terima kasih kepada Pangeran Atas Angin,beliau dinikahkan dengan putrinya Rubiyah Bekti. Untuk menyempurnakan ilmu ke Islamannya, beliau menunaikan haji ke Mekkah. Sepulang dari Mekkah beliau terkenal sebagai mubaligh Agung dan diberi gelar Haji Purwa/Haji Purba.
Dari sejarah diatas tersebutlah nama Gunung Lawet atau Ardi Lawet yang banyak dikunjungi orang untuk berziarah, pada dasarnya adalah tempat mendekatkan diri Pangeran Syekh Jambukarang seperti halnya Rosulullah berkhalwat di Gua Hira. Nama gunung Lawet diambil dari kata Khalwat atau semedi atau dalam Islam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pangeran Syekh Jambukarang tinggal di gunung Cahyana selama 45 Tahun. Pangeran Atas Angin dengan Rubiyah Bekti berputra lima orang antara lain :
1.Pangeran Makhdum Husen Kayupuring, dimakamkan di Rajawana kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga
2.Pangeran Makhdum Medem, dimakamkan di Cirebon
3.Pangeran Makhdum Umar, dimakamkan di Pulau Karimun.
4.Rubiyahraja, dimakamkan di Ragasela
5.Rubiyah Sekar, dimakamkan di Jambangan kabupaten Banjarnegara.
Kekeramatan dan kesaktian Syekh Jambukarang dengan ijin Allah SWT adalah:
Pecinya dapat terbang keangkasa
Menumpuk telur satu persatu kemudian mengambilnya satu persatu dari bawah namun tidak jatuh.
Dapat membaca surat-surat Al Qur’an yang tidak bertulis
Gunung-gunung tunduk saat beliau diwejang ilmu Kewalian
Menggandeng air keudara tidak tumpah

Asal usul Nur atau Cahaya
Dengan kodrat dan irodat Allah SWT maka muncullah Nur atau Cahaya digunung Panungkulan. Menurut riwayat, yang bisa menemukan Nur hanyalah Pangeran Jambukarang dan Pangeran Atas Angin yang sebenarnya adalah keturunan Rosulullah dari Sayidina Ali dengan Fatimah.
Hal ini dapat kita cermati dari kutipan wasiat Pangeran Atas Angin kepada Pangeran Jambukarang yang berbunyi sebagai berikut :
“Penget pengendikanipun susuhunan Atas Angin dumateng Ratu Jambukarang. Ingsun karso wirayat wirayatipun kanjeng Rosulullah SAW, pengendikanipun : Anak putu Ingsun kabeh, lamon ing besuk ana cahya ing Nusa Jawa, sundul ing langit, putih rupane sira dikebat, ambedag, karena cahya tuwuh ing ardi Panungkulan, ya pusering Nusa Jawa. Iku metu angejawi cahya merdeka dewe, ya merdikaning Allah, ya susuhunan Ratu rupaneing besuk retno kumala inten jumamen”
artinya :
Wasiat susuhunan atas Angin kepada Ratu Jambukarang. Kami mempunyai wasiat dari Rosulullah SAW, bersabda : semua anak cucu kami apabila dikemudian hari muncul Nur tiga buah menjulang tinggi ke angkasa berwarna putih di Pulau Jawa, segeralah kamu mencari dan mendatangi Nur tersebut yang timbul digunung Panungkulan. Itulah Pusat Pulau Jawa, munculnya Nur itu dengan sendirinya, ya dengan ijin Allah SWT . ya sebagai Ratu sesembahan. Dikemudian hari akan menjadi pembawa cahaya penegak kebenaran (pembawa Agama Islam)
Setelah Syekh Jambukarang wafat, perjuangannya diteruskan oleh keturunannya yakni Pangeran Makhdum Husen.
B.Makam Wali Pangeran Makhdum Husen (Kayu Puring)
Pangeran makhdum Husen adalah cucu Pangeran Jambukarang dari Rubiyah Bekti yang dikawinkan dengan Pangeran Atas Angin. Pengeran Makhdum Husen menggantikan ayah dan kakeknya memimpin Cahyana. Sejak masa Pangeran Jambukarang, kerajaan Pajajaran tidak senang daerah Cahyana berkembang karena berlainan pandangan yang pada masa itu Pajajaran menganut ajaran Hindu. Masa Pangeran Makhdum Husen, Pajajaran menyerang Cahyana dengan kekuatan besar dibawah pimpinan maha patih Pajajaran. Berkat pertolongan Allah SWT serta keberanian Pangeran Makhdum Husen beserta pengikutnya, Pasukan Pajajaran dapat dipukul mundur. Disinilah kekeramatan Pangeran Makhdum Husen antara lain: Malam hari beliau menjalankan Sholat Hajat, keesokan harinya berdatangan ribuan lebah menyerang tentara Pajajaran sehingga mereka lari tunggang-langgang meninggalkan Cahyana. Sisa-sisa tentara Pajajaran banyak yang terhenti disebelah barat sungai. Dengan serta merta datanglah makhluk halus (jin) menghancurkan mereka. Oleh karena itu sebagai peringatan atas kejadian tersebut sungai itu diberi nama sungai Mulih yang artinya Sungai Pulang, tempat dimana sisa-sisa tentara Pajajaran Pulang tanpa membawa hasil apapun.
Para santri dengan gigih melakukan perlawanan, meraka memanjatkan Do’a yang hingga kini terkenal dengan nama Braen. Braen ini tiap hari-hari besar Islam dikumandangkan di semua wilayah Cahyana atau juga sering dikumandangkan untuk acara hajatan. Sekarang kesenian Braen banyak dilakukan oleh orang-orang perempuan. Dengan bunyi terbang, Do’a yang berbentuk syair nyanyian terdiri dari kurang lebih 50 bait ini berkumandang dipimpin oleh seorang yang disebut Rubiyah. Isi dari syair Braen ini antara lain tentang Sejarah Pendidikan Islam, Ketauhidan dan sebagainya.
Dibawah ini kutipan dari syair Braen yang berisi Do’a
Tulung matulung tulung Tuhan
Para wali lilirna nyawa nira
Lilirna ing jagate kalawan Allah
Para wali bukakna lawang ing sapa’at Nabi
Lawang sapa’at Allah lan Nabi

Artinya
Mohon pertolongan kepada Allah
Para wali supaya membangkitkan semangat
Membangkitkan dunia dengan perintah Allah
Para wali supaya membuka pintu pertolongan
Yaitu safa’at Allah dan Nabi.

Setelah meninggal Pangeran Makhdum Husen dimakamkan di Desa Rajawana kecamatan karangmoncol kabupaten Purbalingga. Sampai sekarang banyak para peziarah dating ke makam beliau yang terletak disebelah selatan Gunung Lawet atau tepatnya di pintu masuk Desa Panusupan menuju Gunung Lawet dimana disitu adalah tempat Pangeran Jambukarang pertama menerima Ilmu Kewalian dari Pangeran Syekh Atas Angin.

C.Makam Wali Pangeran Makhdum Prakosa
Pangeran Makhdum Prakosa adalah cucu Pangeran Makhdum Husen, putra Pangeran Jamil. Masa itu adalah masa dimana para Wali Sanga menyebarkan ajaran Agama Islam ditanah Jawa. Dimasa itu pemerintahan Demak berdiri dan mempunyai hubungan baik dengan Cahyana.
Sejarah menyebutkan bahwa Pangeran Makhdum Prakosa ikut andil besar dalam pembangunan Masjid Agung Demak. Beliau bersama Sunan Kalijaga mendapat bagian membuat Saka Guru Masjid yang terkenal dengan sebutan Saka Tatal yang artinya saka yang terbuat dari serpihan-serpihan kayu. Begitu pula dengan penentuan arah kiblat, Pangeran makhdum Prakosa juga turut memberi sumbangan yang besar dan bahkan beliaulah dengan ijin Allah menggunakan palu besar meluruskan arah kiblat Masjid Demak. Dari peristiwa itulah Pangeran Makhdum Prakosa mendapat sebutan Prakosa yang artinya Perkasa (kuat)
Hubungan Demak dengan Cahyana semakin erat, lebih-lebih Demak mengakui kemerdekaan atas bumi Cahyana. Cahyana mendapatkan bantuan guru / Mubaligh dari demak hingga sang guru meninggal di Cahyana. Sekarang makamnya masih ada.
Adapun mengenai pengakuan Demak terhadap kemerdekaan bumi Cahyana tertuang dalam piagam sebagai berikut ;

Penget laying kang iki pangeran Sultan ing Demak
Kagaduha dening paman Makhdum Wali Prakosa ing Cahyana. Mulane anggaduh laying ing ingsun dene ngrowangi melar tanah ing Jawa, sun tulusaken pamardikane pasti lemah peperdikaning Allah, tan taha ana angowahana ora sunwehi suka khalal dunya akhirat, ana anak putu hamba anganiaya muga kena ing kutukaning allah lan oelh bebenduning para wali kang ana ing Nusa Jawa. Esti yen peperdikaning Allah.

Artinya :
Bahwa kami sebagai Sultan Demak, memberikan tanda piagam ini kepada paman Makhdum Wali Prakosa di Cahyana. Mengingat bahwa yang bersangkutan telah membantu menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa, kami tetapkan langsung kemerdekaannya. Pasti ini tanah benar-benar merdeka karena Allah. Barang siapa berani merubah, kami tidak halalkan dunia dan akhirat. Bila ada anak cucu kami yang berani merusak, semoga mendapat kutukan dari Allah dan semua Wali di Pulau Jawa. Bahwa benar-benar merdeka karena Allah SWT.
Pangeran Makhdum Prakosa meninggal dan dimakamkan di Desa Pekiringan Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga
D.Makam wali Pangeran Makhdum Cahyana
Pangeran makhdum Cahyana adalah putra Pengeran agiyana di ampel Denta. Beliau menantu Pangeran makhdum Prakosa. Alkisah Pangeran Makhdum Cahyana akan pergi menunaikan ibadah Haji ketanah suci. Beliau berangkat dari Ampel singgah di Cirebon. Lama tinggal di Cirebon, saudara perempuannya diambil istri oleh sultan Cirebon. Karena suatu hal tang tidak baik, Pangeran Makhdum Cahyana bersama saudara perempuannya pergi melarikan diri Kesultanan Cirebon secara diam-diam.
Dari Cirebon beliau mengambil jalan melalui hutan belantara. Akibat lama perjalanan di hutan belantara, Pangeran Makhdum Cahyana banyak mengalami luka dan sampailah beliau di Cahyana. Beliau lama tinggal disana dan menjadi santri pangeran Makhdum Prakosa. Beliau dikenal dengan sebutan santri Gudig karena luka-luka yang banyak disekucur tubuhnya. Pangeran Makhdum Prakosa sangat sayang pada beliau hingga putrinya yang bernama Pangeran Estri dijodohkan dengan beliau.
Beliau dikenal karena memiliki kekuatan yang tinggi antara lain : bias menghilang hingga musuh tidak dapat melihatnya,dapat menggiring batu layaknya binatang ternak menggunakan ranting pohon waru dan waktu beliau tidur, pakaiannya bercahaya seperti api. Disamping itu beliau juga pandai bertani dan Mencari ikan di sungai. Pangeran Makhdum Cahyana meninggal dimakamkan di Suro Desa Grantung Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga. Peninggalan-peninggala beliau antara lain :

Lumbung padi, langgar Sholat, sorban berwarna hijau muda, sorban berwarna hitam, kain lurik kepyur, Kain batik barong, kitab-kitab, ceret tembaga, kendil, terbang, golok.
Barang-barang tersebut sekarang masih tersimpan di Pemakaman beliau.

E.Kyai Pekeh/Fakih dan Mas Barep
Keduanya adalah putra Pangeran makhdum Tores yang dimakamkan di Bogares kabupate Tegal, kemenakan dari Pangeran Makhdum Prakosa. Sesudah Pangeran Makhdum Cahyana wafat, maka Kyai Pekeh dan Barep menggantikan pimpinan daerah Cahyana. Pada masa ini timbul pembagian pimpinan keluarga Cahyana menjadi dua kepala keluarga dari keluarga keturunan Pangeran Jambukarang.
Beliau meninggal dan dimakamkan di Suro Desa Grantung kecamatan Karangmoncol kabupaten Purbalingga.


PEZIARAHAN GUNUNG LAWET
PERJALANAN KAMI MENUJU ARDI LAWET


Pintu Gerbang utama menuju Ardi Lawet

Disini semua pengunjung diwajibkan membayar tiket masuk sebesar Rp. 3000. peraturan ini berlaku sejak tahun 2002. kawasan Ardi Lawet di Desa Panusupan ini rencananya akan dijadikan tempat Pariwisata oleh Pemda Purbalingga.
Tepat dibelakang bangunan ini terdapat makam Kyai kunci. Kyai Kunci adalah orang yang pertama menjaga Tempat Makam Syekh Jambukarang
Siapa saja yang masuk ke Wilayah ini diharuskan meminta ijin terlebih dahulu kepada Kyai Kunci. Sampai saat ini, juru kunci digantikan oleh keturunannya .. Perjalanan menuju puncak Ardi Lawet cukup memakan tenaga mengingat jalan yang dilalui berupa jalan setapak berkelok dengan kemiringan rata-rata 70 Derajat. Kanan kiri jalan adalah tebing yang cukup dalam.
Dari tengah perjalanan kita bisa melihat arus Sungai Kuripan. Sungai kuripan adalah sungai yang dulu dilalui oleh Pangeran Atas Angin menuju Gunung Panungkulan.


Disebelah kanan kami adalah pegunungan yang dinamakan Bukit Tembelang. Konon bukit ini dikuasai oleh arwah dari Eyang Ranggayuda yang terkenal sangat kejam. Sampai sekarang kawasan ini jarang sekali dirambah oleh warga. Namun tak jarang juga warga yang memberanikan diri untuk kesana.
Pengandegan watu , dalam bahasa Indonesia Pemberhentian Batu. Itulah nama yang diberikan peda tempat yang dulunya dijadikan tempat istirahat syekh Jambukarang dalam menggiring Bytu menuju puncak Ardi Lawet. Karena keburu Fajar , Batu-batu itu akhirnya tidak sampai ke puncak Ardi Lawet. Hanya di tempat itu.


Pengandegan Watu dalam bahasa Indonesia
Pemberhentian batu
Pemandangan dari atas bukit sangat indah, sampailah di sebuah jalan menanjak yang menurut Juru Kunci jalan ini adalah yang terpanjang menuju Ardi Lawet. Konon siapa saja yang ingin berkunjung ke Ardi Lawet apabila sudah bisa melewati tempat ini, niscaya mereka akan sampai juga ke Puncak Ardi Lawet. “ dibawah ini adalah jalan hewan yang tembus dari sebelah timur bukit ke sebelah barat.oleh karenanya disebut lemah Growong atau Tanah Terowongan.
Lemah Growong dalam bahasa Indonesia
Berarti Tanah Terowongan
Setelah kita melewati Lemah Growong, tibalah di peristirahatan ke dua, tempat ini adalah tempat dimana salah satu murid Syekh Jambukarang dimakamkan. Yaitu dibawah pohon Nangka. Konon masyarakat yang mempercayainya, banyak orang yang sudah lama tidak memiliki keturunan jika datang kesini akan mendapatkan keturunan apabila mendapati buah Babal (nagka kecil) untuk dimakan.
Perjalanan dari Pintu Gerbang utama di Desa Panusupan menuju Ardi Lawet memakan waktu kira-kira 1,5 Jam
Di ardi lawet terdapat tiga bangunan utama peninggalan Syekh Jambukarang yakni: Masjid, Aula Tempat Santri dan tempat pertama kali Syekh jambukarang menerima Ilmu kewalian dari Pengeran Atas Angin. Ketiga bangunan ini telah mengalami renovasi berkali-kali sehingga menghilangkan keasliannya.
Pintu masuk menuju tempat pertama kali Syekh jambukarang menerima Ilmu kewalian dari Pengeran Atas Angin berupa tangga, konon barang siapa yang bisa menghitung tangga tersebut sama jumlahnya dengan ketika turun tangga, niscaya akan mendapat keberuntungan
Pintu Masuk Petilasan
Inilah tempat Pertama kali Syekh jambukarang menerima Ilmu kewalian dari Pengeran Atas Angin. Didalam bangunan ini terdapat Rambut dan kuku Pangeran Jambukarang. Menurut cerita, P.Atas Angin mau menerima P.Jambukarang apabila memenuhi beberapa persyaratan yang salah satunya P.Jambukarang harus memotong Kuku dan rambutnya. Makam Syekh Jambukarang sendiri ada di Gunung Mandala Giri yang terletak disebelah utara Ardi Lawet sekitar tiga kali lagi perjalanan menuju Ardi Lawet dengan kondisi jalan yang sama bahkan lebih sulit. Meskipun demikian tak sedikit orang yang rela merogoh saku hingga jutaan rupiah untuk upacara selamatan menuju G.Mandala Giri. Menurut juru kunci orang yang akan kesana minimal telah berkunjung ke Ardi Lawet terlebih dahulu sebanyak 3 kali dilanjutkan dengan selamatan menyembelih Kambing.
Tiba di Petilasan, juru kunci memimpin ritual ziarah. Ritual ini adalah ritual yang biasa dilakukan oleh orang yang berziarah ke sini. Kita berdoa kepada Allah agar cita-cita dapat terkabul. Setiap hari Rabu Pon, tempat ini ramai dikunjungi orang hingga ratusan dan bahkan ribuan. Mereka memohon kepada Allah SWT dengan perantara mengunjungi Ardi Lawet atau mengunjungi makam Syekh Jambukarang. Hal ini yang terkadang menjadi kontroversi

LOKASI ARDI LAWET KLIK DISINI

JURU KUNCI PEZIARAHAN ARDI LAWET 
MBAH SUNARYO 
Alamat: Panusupan RT 001 RW 02 
Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah KP 53356
Telphone: 085747933540

SEJARAH SYEH SITI JENAR



Oleh: KH.Shohibul Faroji Al-Robbani
Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.
Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.
Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.
Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.
Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:
1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.
Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.
Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.
Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.
KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:
1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….
2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.
3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.
4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun.Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.“
5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: “Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat.”
Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1) Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2) Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3) Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]
Wahai kaum muslimin melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.

Legenda Gunung Kemukus,Tempat Ziarah Bermitos Seks


Ibu-ibu ini sedang menuju makam pangeran Samudera di daerah Gunung Kemukus, Sragen, memohon berkah agar dagangannya laris. Jika malam tiba, pelataran makam dipadati pengunjung dan penjaja berbagai jenis dagangan, bagai pasar malam saja layaknya.
 
 
Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, dianggap bertuah. Tiap hari makam ini didatangi banyak orang. Selain ziarah, Anda bisa mengukur kekuatan jantung dengan menapaki anak tangga menuju makam.

Gunung Kemukus (GK) terletak di Kabupaten Sragen. Bisa dicapai dengan menggunakan bis, naik dari terminal Tirtonadi Solo, jurusan Solo-Purwodadi, lalu turun di Barong. Dari situ, tinggal naik ojek menuju puncak bukit.

"Sekarang ini Waduk Kedungombo lagi kering. Jadi bisa langsung ke lokasi makam Pangeran Samudro. Tidak perlu menyeberang pakai perahu," kata Surti, penjaja bakso di areal parkir mobil kawasan objek wisata GK. Namun, bila datang ke sana pada musim penghujan dan air waduk sedang penuh-penuhnya, Anda harus menyeberang dengan perahu motor.

GK sendiri merupakan kompleks makam Pangeran Samudro dan ibunya, Ontrowulan. Kompleks ini tepat berada di puncak bukit setinggi 300 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini terdiri dari bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan campuran dinding beton dan papan.

Ada tiga makam di dalamnya. Sebuah makam besar yang ditutupi kain kelambu putih merupakan makam Pangeran Samudro dan ibunya. Dua makam di sampingnya adalah dua abdi setia sang pangeran. Sementara itu, di sebelah bangunan utama terdapat bangsal besar yang diperuntukkan bagi peziarah sekadar untuk istirahat.

175 Anak Tangga

Sekitar 300 meter dari kompleks makam, di kaki bukit sebelah Timur, terdapat Sendang Ontrowulan. Sendang ini merupakan mata air yang digunakan Ontrowulan untuk menyucikan diri agar bisa bertemu putranya. Mata air itu tak pernah kering meski pada musim kemarau panjang sekalipun. Bagi yang percaya, air di sendang itu bisa membuat awet muda.

Kawasan itu pun dilindungi oleh rimbunnya pohon nagasari yang menjulang tinggi. Menurut Mbok Rumirah, penduduk asli GK, usia pohon nagasari terbilang tua. Konon, pohon-pohon itu tumbuh dari kembang-kembang hiasan rambut yang terlepas dari kepala Ontrowulan usai dia melakukan penyucian diri.

Kalau datangnya melewati pintu gerbang depan, Anda harus menaiki 175 anak tangga sebelum sampai ke makam. Namun, bila memutar lewat pintu belakang, yaitu melewati Sendang Ontrowulan, Anda harus melewati jalan berbatu yang mendaki sejauh sekitar satu km.
Aktivitas jalan kaki itu membuat jantung Anda berdenyut kencang sebelum sampai ke makam.

Malam Jumat Pon

Sampai di teras makam, Anda akan diterima seorang kuncen (juru kunci) yang duduk di dekat perapian. Bau kemenyan merebak di sana. Setelah menyampaikan niat, sang kuncen akan mendoakan Anda dengan mantra yang tak jelas terdengar.
Setelah itu, Anda diminta untuk masuk ke dalam bangunan utama. "Anda bisa menyampaikan semua niat dan keinginan. Asal dengan sungguh-sungguh, niscaya segala keinginan akan terkabul," kata Hasto (51 tahun), kuncen generasi kedelapan yang telah bekerja sejak tahun 1987 itu.

Menurutnya, pada setiap malam Jumat Pon jumlah pengunjung membludak, mencapai ribuan orang. Puncak ziarah, katanya, terjadi pada malam Jumat Pon atau Jumat Kliwon di bulan Suro atau Muharam.

Pada malam itu biasanya peziarah mencapai belasan ribu orang. Masih kata Hasto, justru banyak pengunjung asal Jawa Barat yang datang ke tempat ini. Memang objek ini terkenal karena terdapat seribu mimpi indah yang bisa diraih di sana.

Makam Pangeran Samudro diyakini memiliki tuah yang bisa mendatangkan berkah bagi mereka yang memohon dengan sungguh-sungguh. Sebut saja ingin sukses berdagang, mudah jodoh, atau karier cepat menanjak.

Sayangnya, objek ini tercemar oleh mitos-mitos sesat. Misalnya, niat seseorang akan terpenuhi asal dia harus berhubungan seks dengan laki-laki atau perempuan yang bukan suami atau istrinya. Padahal, tidak ada dasar cukup kuat untuk membenarkan mitos ini. Hasto, sang kuncen, juga tidak pernah tahu dari mana mitos itu berasal.

Karena itu, kini pada hitungan 150 anak tangga menuju makam, Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen memasang pengumuman melarang perbuatan asusila. Namun, begitulah seks, selalu mempunyai daya magnetis yang kuat. Apalagi banyak orang yang percaya akan kebenaran mitos di atas.

Terlepas dari itu, bila kita ingin menikmati pemandangan Bukit Kemukus dan sedikit berolahraga dengan menaiki anak tangga kemudian berziarah, niscaya Anda akan mendapatkan kepuasan jasmani dan rohani. Bila Anda kemalaman, tak usah khawatir, di sekitar bukit, ratusan rumah penduduk menyediakan jasa penginapan.

Legenda Gunung Kemukus 

Pangeran Samudro adalah salah seorang putra raja Majapahit terakhir dari ibu selir Ontrowulan. Ada juga yang mengatakan bahwa Ontrowulan adalah ibu tiri pangeran. Kemudian keduanya jatuh cinta, bak legenda Sangkuriang.

Ketika Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya. Ia lalu diboyong ke Demak dan belajar agama Islam pada Sunan Kalijaga. Setelah dirasa cukup ilmunya, Pangeran Samudro diutus untuk berguru kepada Kiai Ageng Gugur di daerah Gunung Lawu.

Di sini ia juga menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Tiba saatnya ia pulang kembali ke Demak. Dalam perjalanan pulang, ia didampingi dua orang abdinya dan selalu menyebarkan agama Islam di setiap tempat yang disinggahinya.

Dalam perjalanan pulang itulah Pangeran Samudro jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Jasadnya di makamkan di sebuah bukit. Di atas bukit itulah selalu tampak kabut hitam bagai asap (kukus) pada setiap musim kemarau maupun penghujan. Karena itulah bukit itu disebut Gunung Kemukus. Nama itu bertahan hinga kini.

Mendengar kabar kematian putranya, Ontrowulan memutuskan untuk mengunjunginya. Di sana Ontrowulan merebahkan diri di pusara makam. Dalam dialog secara gaib, pangeran berpesan pada ibunya. Kalau ingin bertemu dengannya, Ontrowulan terlebih dahulu harus menyucikan diri di sebuah sendang. Sendang itu kini terkenal dengan nama Sendang Ontrowulan.

Usai menyucikan diri, tubuh Ontrowulan menghilang. Sementara dari geraian rambutnya, jatuhlah bunga-bunga penghias rambut. Dari bunga itulah tumbuh pohon nagasari hingga kini